Minggu, 02 Desember 2012

IDENTIFIKASI SERANGGA BERGUNA PADA TANAMAN SAYURAN

Pemangsa (predator)
Musuh alami yang aktif memburu mangsanya disebut predator. Pada umumnya predator dijumpai dalam bentuk serangga dewasa. Serangga dewasa predator ini kadang-kadang mempunyai bentuk yang berbeda dengan larva dan serangga mudanya.
Beberapa jenis predator yang sering dijumpai
Nama(Famili) Dewasa Deskripsi
Kumbang kubah
(Coccinellidae)
  Larva dan kumbang dewasa memakan kutudaun dan telur Lepidoptera serta serangga lain yang bertubuh lunak. Kumbang adewasa juga memakan tepungsari dan nektar untuk mendapatkan energi tambahan.
Kumbang tanah(Carabidae)   Larva dan kumbang dewasa memakan telur, larva dan pupa serangga lain (yang ada di dalam maupun di permukaan tanah) serta serangga bertubuh lunak.
Kumbang elytra cekak (Staphylinidae)   Larva dan kumbang dewasanya memakan telur dan serangga bertubuh lunak. Kumbang dewasa sering menjatuhkan diri dari tanaman bila terusik.
Kepik pembunuh(Reduviidae)   Kepik Assassin berleher panjang  dan alat mulutnya yang  berbentuk kurva terlipat di  bawah tubuhnya. Kepik ini memakan kutudaun, ulat-ulat  kecil dan telur serangga lain.
Belalang sembah(Mantidae)   Panjang tubuh belalang sembah dapat mencapai 10 cm, makanannya adalah serangga besar seperti belalang dan kepik.
Parasitoid 
Serangga yang hidup menumpang pada serangga lain dinamakan parasitoid. Parasitoid ini dapat memarasit pada berbagai fase perkembangan serangga-serangga tertentu misalnya kutudaun, pengorok daun, kutu perisai, kutu putih  dan beberapa hama lainnya. Kelompok serangga parasitoid secara umum kurang dikenal bila dibandingkan dengan predator karena ukurannya sangat kecil (kurang dari 2 mm panjangnya) sehingga sulit untuk diamati.Meskipun demikian, parasitoid juga mempunyai peranan penting dalam membantu melindungi tanaman.
Parasitoid meletakkan telur di dalam, pada atau di dekat serangga inang. Telur menetas menjadi parasitoid muda yang memakan dan membunuh inangnya. Setelah siap menjadi serangga dewasa, parasitoid kecil dari jenis tabuhan dan lalat segera keluar dari tubuh inangnya.
Gejala yang dapat dilihat akibat parasitoid:
a)      Telur atau larva serangga yang terparasit mengalami perubahan warna pada tubuhnya dan biasanya mati lebih cepat.
b)      Kutudaun, kutu loncat, kutu perisai dan kutu putih yang terparasit terlihat seperti mummi, bagian dalam tubuhnya kosong, yang tertinggal hanya kulit luarnya saja.
c)      Lubang keluar parasitoid tersebut dapat dilihat dengan jelas pada tubuh inangnya.



SERANGGA BERGUNA

Dalam  suatu  sistem  yang  sehat  dan  seimbang,  tiap-tiap  tanaman  memiliki  hama  yang  menyerangnya  dan  masing-masing  hama  memiliki predator yang memakannya. Ini akan menyebabkan terkendalinya jumlah hama dalam ekosistem. Predator alami sangat efektif dalam mengendalikan hama pada kebun sayuran.
Predator hama alami bisa dijaga keberadaannya dalam kebun Anda dengan menyediakan apa-apa yang dapat menarik mereka, antara lain:
  1. Kolam: untuk burung, katak, capung, lebah, tawon dan ikan (beberapa ikan makan larva nyamuk).
  2. Pepohonan: untuk tawon, lebah dan laba-laba.
  3. Bebatuan, kayu yang lapuk: laba-laba.
  4. Bunga-bungaan, pepohonan kecil, tumbuhan merambat: untuk tawon, lebah, laba-laba, belalang sembah, dan kumbang.
  5. Predator hama alami ini, misalnya: capung, tawon, laba-laba, belalang sembah, kumbang tanah, beberapa lalat dan banyak diantara yang lainnya.
Coccinellidae
Kumbang koksi (kumbang kubah, ladybugs)
Gambar  Ladybugs

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Coleoptera
Famili              : Coccinellidae
Subfamili
Chilocorinae
Coccidulinae
Coccinellinae
Epilachninae
Scymininae
Kumbang koksi adalah salah satu hewan kecil anggota ordo Coleoptera. Mereka mudah dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Di negara-negara Barat, hewan ini dikenal dengan nama ladybird atau ladybug. Awam menyebut kumbang koksi sebagai kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera). Serangga ini dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya memangsa serangga-serangga hama seperti kutu daun. Walaupun demikian, ada beberapa spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman.
Peran Pada Tumbuhan
Kepik juga dikenal sebagai salah satu pembasmi hama ramah lingkungan. Sekitar abad ke-19, perkebunan buah di wilayah Asia dan perkebunan di benua lain.
Para ahli selanjutnya mencari cara untuk membasmi hama itu. Mereka akhirnya menemukan bahwa di habitat aslinya di Australia, sisik bantal kapuk memiliki pemangsa alamiah kepik Vedalia cardinalis. Kepik itu lalu dibawa ke perkebunan buah yang diserang oleh hama sisik bantal kapuk pada tahun 1888 dan dalam waktu dua tahun, cara itu telah berhasil menekan populasi serangga hama tersebut. Kepik ini pun selanjutnya menjadi salah satu contoh keberhasilan pengendalian hama dengan memanfaatkan perilakunya dalam rantai makanan (bioinsektisida).
 Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina F)
Semut rangrang (Oecophylla smaragdina F), memiliki sifat morfologik sebagai pemangsa, keberadaan rangrang sebagai pemangsa juga tampak apabila rangrang bertemu dengan ulat pemakan daun. Hasil pengamatan intensitas kerusakan akibat lalat buah pada paria, yang diberi perlakuan semut rangrang dimana intensitas kerusakan relatif jauh lebih rendah dibandingkan tanpa perlakuan. Tanaman paria yang diberi semut rangrang intensitas kerusakan berkisar antara 1-2%. Hal ini dikarenakan rangrang sangat aktif mencari mangsa terutama dari lalat buah berupa telur yang diletakkan pada paria tersebut. Telur-telur tersebut tidak sempat menetas untuk menjadi larva, karena diambil semua untuk dimakan dan sebagian dibawa kedalam sarang sebagai makanan anak-anaknya. Pengamatan secara visual dimana imago lalat buah yang hinggap pada tanaman paria tersebut selalu dihadang oleh rangrang dan diserbu beramai-ramai, sehingga dapat menghindari dari peletakkan telur oleh imago lalat buah. Disamping itu, semut rangrang tersebut kalau menggigit kebiasaannya selalu mengeluarkan cairan yang berbau langu. Hal ini diduga pula bahwa cairan berbau tersebut yang dikeluarkan oleh rangrang dapat mempengaruhi/mengusir lalat buah.

Manfaat Semut Rangrang
Jika diamati dengan seksama, semut rangrang dapat mengganggu, menghalangi atau memangsa berbagai jenis hama seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, dan serangga-serangga pemakan buah.
Lalat Tachinid
Lalat tachinid kelihatan seperti lalat rumah tetapi bulunya lebih tebal. Larva lalat yang berada di pupuk kandang bukan tachinid, karena larva tachinid ada di dalam ulat atau binatang lain. Lalat ini digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama secara hayati. Panjangnya lalat 3 sampai 15 mm (kepala sampai ujung sayap).

Categories: Pertanian

HIDROPONIK

Hidroponik
Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang mamanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan. Sebagai contoh jenis tanaman yang mempunyai nilai jual diatas rata-rata, yaitu: a. Paprika b. Tomat c. Timun Jepang d. Melon e. Terong Jepang f. Selada
Selain jenis tanaman di atas, banyak lagi yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik apabila dilakukan hanya pada kegiatan hobby saja.
Bertanam dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Untuk itu dalam tulisan ini akan dipaparkan secara ringkas dan praktis bertanam dengan cara hidroponik. Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.
Dimanapun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut unsur hara (nutrisi), untuk kemudian bisa diserap tanamanan. Dari pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, dimana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi (hara) sebagaimana yang telah disampaikan dimuka.
Faktor-faktor Penting dalam Budidaya Hidroponik
1. Unsur Hara.
Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan.Hara tersedia bagi tanaman pada pH 5.5 – 7.5 tetapi yang terbaik adalah 6.5, karena pada kondisi ini unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam larutan relatif tinggi. Termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang rendah, yang meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl.
Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda menurut tingkat pertumbuhannya dan jenis tanaman (Jones, 1991).Larutan hara dibuat dengan cara melarutkan garam-garam pupuk dalam air. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara, pemilihannya biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut.
2. Media Tanam Hidroponik.
Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai media tanam dalam hidroponik antara lain pasir, kerikil, pecahan batu bata, arang sekam, spons, dan sebagainya. Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh akan mempengaruhi sifat lingkungan media.
Tingkat suhu, aerasi dan kelembaban media akan berlainan antara media yang satu dengan media yang lain, sesuai dengan bahan yang digunakan sebagai media. Arang sekam (kuntan) adalah sekam bakar yang berwarna hitam yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna, dan telah banyak digunakan sabagai media tanam secara komersial pada sistem hidroponik.
Komposisi arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 yaitu 52% dan C sebanyak 31%. Komponen lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dalam jumlah relatif kecil serta bahan organik. Karakteristik lain adalah sangat ringan, kasar sehingga sirkulasi udara tinggi karena banyak pori, kapasitas menahan air yang tinggi, warnanya yang hitam dapat mengabsorbsi sinar matahari secara efektif, pH tinggi (8.5 – 9.0), serta dapat menghilangkan pengaruh penyakit khususnya bakteri dan gulma.
3. Oksigen.
Keberadaan Oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya oksigen menyebabkan permeabilitas membran sel menurun, sehingga dinding sel makin sukar untuk ditembus, Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang tergenang. Tingkat oksigen di dalam pori-pori media mempengaruhi perkembangan rambut akar.
Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti: memberikan gelembung-gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian larutan hara yang berulang-ulang, mencuci atau mengabuti akar yang terekspose dalam larutan hara dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman untuk kultur agregat.
4. Air.
Kualitas air yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman secara hidroponik mempunyai tingkat salinitas yang tidak melebihi 2500 ppm, atau mempunyai nilai EC tidak lebih dari 6,0 mmhos/cm serta tidak mengandung logam-logam berat dalam jumlah besar karena dapat meracuni tanaman.
Bahan-bahan untuk Hidroponik
Pot yang ukuran besarnya disesuaikan dengan tanaman yang akan dijadikan maskot, bisa berupa tanaman sayur seperti terong dan sebagainya. Bisa juga tanaman tahunan seperti kedondong, jambu ataupun juga bunga-bungaan. Pot yang digunakan sebaiknya pot bertingkat, yang dilengkapi dengan wadah penampung air dibagian dasarnya.
Bahan pot dapat dari tanah liat dan juga plastik, keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pot dari tanah liat misalnya memiliki keunggulan mampu menjaga stabilitas temperatur media, akan tetapi cepat berlumut dan mudah rusak. Sementara pot dari plastik lebih awet namun tidak bisa melewatkan air dari dinding potnya sehingga stabilitas media tidak stabil.
Kemudian sebagai media tanam diantaranya dapat digunakan pasir, batu apung putih, batu zeolit, pecahan batu bata, batu kali dan kawat kasa nilon. Untuk menjaga sterilitas bahan, sebaiknya semua bahan direbus dulu sebelum dijadikan media tanam. Sedangkan tanamannya, diambil tanaman yang telah tumbuh didalam polybag dan siap direplanting kedalam pot. 
Cara Penanaman
Apabila semua bahan sudah siap, pertama-tama ambil kawat kasa nilon letakkan didasar pot. Kemudian masukkan pecahan batu bata selapis, diatasnya diberi batu apung dan batu zeolit hingga sepertiga bagian dari pot yang digunakan. Setelah itu, ambil tanaman yang siap dipindahkan dari polybag ke pot, caranya bersihkan akar tanaman yang selama ini sudah tumbuh di polybag tersebut dengan cara melarutkan media tanamnya (tanah) kedalam air.
Setelah akar-akarnya kelihatan bersih, kemudian kita amati kembali akar tersebut. Bila ditengarai ada akar yang rusak ataupun terlalu panjang (disesuaikan dengan besarnya tanaman maskot dan pot) sebaiknya dipotong. Demikian juga untuk daunnya, apabila terlalu rimbun perlu untuk dikurangi. Kemudian bibit ditanam dalam pot yang sudah terisi bahan sepertiga bagian dan lanjutkan penambahan media tanam hingga dua pertiga bagian pot.
Langkah selanjutnya isilah pot bertingkat tersebut dengan nutrisi yang dibutuhkan (sesuai paparan dibawah). Sedang untuk pertama kalinya, tanaman perlu pengerudungan dengan plastik transparan selama dua minggu, letakkan ditempat yang teduh.
Formulasi Kebutuhan Nutrisi
Pemenuhan kebutuhan nutrisi bisa anda peroleh dengan cara memberi berbagai macam pupuk khusus hidroponik dengan formulasi tertentu yang banyak tersedia ditoko-toko pertanian. Dalam fase awal pertumbuhan perlu perawatan secara rutin, misalnya dipagi hari tanaman perlu dikenakan sinar matahari. Kemudian juga perlu pemupukan secara rutin dalam setiap dua hingga lima hari sekali. Gunakan pupuk NPK Grand S 15 sebanyak satu sendok makan untuk kemudian larutkan kedalam sepuluh liter air. Masukkan larutan pupuk ini kedalam pot dasar sesuaikan dengan ketersediaan air dalam pot.
Sebagaimana dalam paparan dimuka, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bisa juga dilakukan dengan pemberian pupuk tambahan. Yang pemenuhannya bisa melalui daun, misalnya disemprot dengan Mamigro ataupun tambahan pupuk mikro Fitomic dengan aplikasi seminggu sekali.             Mengenai kebutuhan nutrisi dalam teknik hidroponik, Soedarsono salah seorang civitas akademika dari IPB Bogor juga pernah menentukan sebuah formula sebagai berikut : Kebutuhan unsur makro dapat dipenuhi dengan 6 gram urea, 9 gram SP36, 5 gram 2K, 5 gram garam inggris (MgSO4) dan 7,5 gram kapur (kalsium karbonat).
Sedangkan unsur mikronya dapat dipenuhi dengan 2,86 gram asam boraks, 0,22 gram asam sulfat, 2.03 gram mangan sulfat, 0.08 gram terusi, 0.02 asam molibdad dan 7.5 gram Fechelat. Cara pengaplikasiannya seperti dalam penggunaan NPK Grand S 15, yakni semua unsur baik makro maupun mikro dilarutkan kedalam 10 liter air. Salah satu bentuk budidaya hidroponik secara besar-besaran dalam greenhouse
Keuntungan teknik hidroponik
Untuk keperluan hiasan, pot dan tanaman akan selalu bersih sehingga peletakan tanaman dalam ruangan akan lebih fleksibel. Sehingga untuk mendisign interior ruangan rumah akan bisa lebih leluasa dalam menempatkan pot-pot hidroponik. Bila tanaman yang digunakan adalah tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur warna yang dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang dipakai dalam pelarut nutrisinya.
Penggunaan tanaman buah-buahan seperti kedondong bangkok misalnya, menurut Santosa HB.,(2001), akan bisa menghasilkan penampakan tanaman yang dapat berbuah lebat sepanjang waktu. Kuncinya adalah dengan mengatur C/N ratio, yakni melalui pemangkasan pada cabang, batang dan daun yang tumbuh berlebihan. Disamping, pemangkasan juga akan merangsang pembungaan dan pembuahan.
Categories: Pertanian

”INDUKSI MUTASI TERHADAP PEMBENTUKAN TUNAS PADA EKSPLAN BIJI ANGGREK KANTUNG (Paphiopedilum javanicum) YANG MENGGUNAKAN ETHYLMETHANE SULPHONATE (EMS) MELALUI KULTUR in vitro”

Latar Belakang


Tanaman hias memiliki arti penting sepanjang sejarah peradaban manusia. Sejak dulu tanaman hias banyak digunakan untuk mengungkapkan perasaan sekaligus sebagai bahan untuk menambah keasrian lingkungan. Berbagai suku bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin masih melestarikan kebiasaan penggunaan tanaman hias untuk menyemarakkan upacara adat, keagamaan, dan perayaan hari besar nasional. Pada masa kini, ketika kehidupan masyarakat mulai mapan, penggunaan tanaman hias menjadi populer (Hasim dan Reza 1995).
Salah satu jenis tanaman hias penting di dunia adalah anggrek. Dalam taksonomi, anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat bervariasi dan merupakan salah satu grup yang terbesar di antara tanaman berbunga di dunia. Menurut para ahli botani, di dunia terdapat lebih dari 30.000 spesies anggrek alam. Di Indonesia, plasma nutfah anggrek diperkirakan lebih dari 5.000 jenis anggrek alam (Rukmana 2000), sekitar 80% genera dan spesies anggrek berada di kawasan Asean (Amiarsi et al., 1996). Anggrek alam ini disebut juga sebagai anggrek spesies yang berasal dari daerah tropis dan sub tropis.
Anggrek dari famili Orchidaceae merupakan salah satu tumbuhan berbunga yang banyak tersebar dan beraneka ragam di dunia. Anggota dari suku ini dapat ditemukan di seluruh dunia, kecuali padang pasir yang kering dan daerah yang selalu tertutup salju. Jenis anggrek yang terdapat di dunia berkisar antara 17.000-35.000. Kontribusi anggrek Indonesia dalam khasanah anggrek dunia cukup besar. Dari 20.000 spesies anggrek yang tersebar di seluruh dunia, 6.000 di antaranya berada di hutan Indonesia (Widiastoety et al., 1998; Sandra 2002).
Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi. Bentuk dan warna bunga serta karakteristik lainnya yang unik menjadi daya tarik tersendiri dari spesies tanaman hias ini sehingga banyak diminati oleh konsumen, baik di dalam maupun luar negeri.
Indonesia memiliki lebih dari 6.000 jenis anggrek. Salah satu jenis yang paling populer di kalangan pencinta anggrek adalah anggrek kantung (Paphiopedilum javanicum). Anggrek dengan labellum (bibir bunga) yang menyerupai kantung kecil ini disukai karena bentuknya eksotik dan tidak terlalu sulit membudidayakannya. Sebanyak 90 persen tanaman anggrek kantong termasuk tanaman terestrial, artinya tanaman ini memiliki habitat tumbuh di tanah dengan mengandalkan organ akar sebagai alat untuk menyerap air dan unsur hara.
Pada tahun 1989 produktivitas anggrek adalah 2,39 tangkai pertanaman dan tahun 2002 meningkat menjadi 3,97 tangkai per tanaman. Dibandingkan dengan produktivitas anggrek dari negara tetangga Thailand yang mencapai rata-rata 10 – 12 tangkai per tanaman. Ratarata produktivitas nasional hanya dapat mencapai 3 – 4 tangkai per tanaman, bila potensi genetik anggrek dapat dicapai, maka peningkatan produksi diperhitungan dapat meningakat 2-3 kali lipat produksi saat ini. Proyeksi tahun 2010, produktivitas anggrek nasional diharapkan mencapai 8-10 tangkai per tanaman.
Anggrek dapat dipasarkan dalam bentuk kompot (Community pot), tanaman individu/tanaman remaja, tanaman dewasa dan bunga potong. Pertanaman anggrek dapat dilakukan melalui tahapan (1) Protocorm like bodies sampai menjadi plantlet siap keluar dari botol dengan waktu yang dibutuhkan 2 tahun, (2) kompot plantlet menjadi seedling dalam bentuk kompot diperlukan waktu 6 bulan, (3) kompot menjadi seedling dalam bentuk individu tanaman dibutuhkan waktu 6 bulan, (4) seedling individu menjadi tanaman remaja dibutuhkan waktu 6 bulan, serta (5) tanaman remaja menjadi dewasa dan siap berbunga 6 bulan.
Konsumen pasar dalam negeri adalah penggemar dan pecinta anggrek, pedagang keliling, pedagang pada kios di tempat-tempat tertentu di dalam kota, perhotelan, perkantoran, gedung-gedung pertemuan, pengusaha pertamanan, toko bunga (florist) dan dekorator.
Pada dasarnya perbanyakan anggrek dapat dilakukan dengan biji yang disebut perbanyakan generatif atau menggunakan bagian tubuh dari tanaman yang biasa disebut sebagai perbanyakan vegetatif (Karjono, 1995). Menurut Karjono (1995), kelangsungan hidup biji anggrek di alam sangat tergantung pada cendawan mikoriza. Biji kecambah tidak akan berkecambah atau tumbuh dengan baik tanpa dukungan mikoriza. Hal itu karena biji anggrek berukuran kecil dan tidak mempunyai kotiledon yang merupakan cadangan makanan pada awal pertumbuhan biji.
Dengan adanya cendawan mikoriza, biji anggrek mendapat makanan berupa hasil penguraian sisa-sisa pakan oleh mikoriza. Untuk menumbuhkan biji anggrek yang kurang sempurna itu perlu disediakan media khusus agar biji tersebut tetap tumbuh dengan kondisi tanpa kehadiran mikoriza. Media yang baik untuk perkecambahan biji anggrek biasanya menggunakan  media versi Knudson C. Biji yang disebarkan dalam media steril dengan pH 5.0-5.2 ini akan berkecambah setelah tiga minggu.  Anggrek ini akan tumbuh besar, setelah berumur 9-12 bulan baru siap dikompotkan. Proses penanaman ini dilakukan pada suatu lemari steril yang disebut entkas.
Anggrek merupakan tanaman yang sulit dikembangkan dengan perbanyakan generatif serta dari segi komersialisasi kurang efektif, karena tidak dapat menghasilkan anggrek dengan skala yang banyak. Selain itu anggrek yang tumbuh tidak sama dengan induknya, oleh sebab itu perbanyakan anggrek banyak dilakukan dengan perbanyakan vegetatif menggunakan metode kultur jaringan.
Menurut Soeryowinoto (2000), memperbanyak tanaman anggrek secara vegetative bertujuan untuk tujuan komersial, menyeleksi tanaman unggul yang terdapat di antara populasi dan untuk mendapatkan uniformitas (keseragaman) karena persyaratan pemasaran. Karena sifat biologinya yang menonjol, perbanyakan vegetatif ini akan menghasilkan keturunan yang sifatnya sama dengan tanaman induk. Tidak terjadi perubahan kromosom atau gen, sehingga genotipanya tetap sama. Kalaupun ada penyimpangan, hal itu disebabkan faktor luar, seperti pemupukan yang menyebabkan ukuran tanaman atau bunga menjadi lebih besar (Karjono, 1995).
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga  tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.
Anggrek jenis kantung cukup potensial dikembangkan karena harganya tinggi dan peminatnya cukup banyak. Untuk mendapatkan keragaman genetik yang luas, salah satu solusinya yaitu melalui Induksi Mutasi secara kultur in vitro dengan menggunakan mutagen kimia EMS (Ethyl Methane Sulphonate). EMS adalah sejenis mutagen kimiawi penyebab alkilasi yang efektif menginduksi mutasi berbagai jenis organisme (Fisbein et al. 1970).
Teknik mutasi dapat meningkatkan keragaman genetik tanaman sehingga memungkinkan pemulia melakukan seleksi genotipe tanaman sesuai dengan tujuan pemuliaan yang dikehendaki dan memungkinkan nilai jual anggrek kantung (Paphiopedilum javanicum) meningkat. Mutasi induksi dapat dilakukan pada tanaman dengan perlakuan bahan mutagen tertentu terhadap organ reproduksi tanaman seperti biji, stek batang, serbuk sari, akar rhizome, kultur jaringan dan sebagainya.
Bahan mutagen yang sering digunakan dalam penelitian pemuliaan tanaman digolongkan menjadi dua kelompok yaitu mutagen kimia (chemical mutagen) dan mutagen fisika (physical mutagen). Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa alkyl (alkylating agents) misalnya seperti ethyl methane sulphonate (EMS), diethyl sulphate (dES), methyl methane sulphonate (MMS), hydroxylamine, nitrous acids, acridines dan sebagainya (IAEA, 1977).
1.5 Kerangka Pemikiran

Perbaikan sifat genetik dan agronomik tanaman dapat dilakukan melalui pemuliaan. Secara konvensional, perbaikan sifat dapat dilakukan persilangan antar sepesies, varietas, genera atau kerabat yang memiliki sifat yang diinginkan. Persilangan dapat diterapkan pada tanaman berbunga, berbuah, berbiji dan berkembang untuk melanjutkan keturunannya. Untuk tanaman yang tidak bisa diperbaiki melalui  persilangan, perbaikan sifat di upayakan dengan cara yang lain, di antaranya mutasi induksi yang di sebut juga mutasi buatan atau imbas.
Mutasi adalah perubahan pada materi genetik suatu makhluk yang terjadi secara tiba-tiba, acak, dan merupakan dasar bagi sumber variasi organisma hidup yang bersifat terwariskan (heritable). Dalam pemuliaan mutasi (mutation breeding) in vitro, tipe regenerasi tanaman yang baku sangat penting dalam upaya memperoleh mutan utuh. Untuk mendapatkan mutan utuh, dikembangkan tipe regenerasi organogenesis langsung (pembentukan tunas langsung dari eksplan daun), organogenesis tidak langsung (pembentukan tunas melalui kalus nodular), perkecambahan biji (Qosim, 2006).
Berdasarkan penemuan adanya toti potensi pada teknik kultur in vitro, dalam kenyataannya ditemukan penyimpanyan dalam regenerasi sel. Keragaman genetic dapat terjadi karena pembiakan vegetatif melalui kultur in vitro menggunakan media dengan bahan kimia murni, atau lingkungan yang mengalami gangguan. Keragaman somaklonal berasal dari kultur sel pucuk, daun, akar atau organ tanaman  lainnya. Tanaman yang berasal dari keragaman somaklonal dinamakan somaklon, protoklon untuk yang berasal dari protoplas, gametoklon berasal dari gamet, dan kaliklon yang berasal dari kalus (Skirvin et al., 1993). Keragaman somaklonal telah digunakan untuk memperoleh kultivar yang unik dan bermanfaat bagi pemuliaan tanaman secara konvensional.
Menurut Larkin dan Scowcroft (1981), kemungkinan terjadinya sifat dominan dalam variasi somaklonal lebih besar dibandingkan melalui induksi mutasi secara in vivo. Keragaman pada kultur in vitro dapat ditingkatkan dengan pemberian mutagen baik secara fisik antara lain iradiasi sinar gamma maupun kimiawi yaitu ethyl methane sulphonate (EMS), dan diethyl methane sulphonate (DEMS). Ethyl methane sulfonate (EMS) adalah sejenis mutagen kimiawi penyebab alkilasi yang efektif menginduksi mutasi berbagai jenis organisme (Fisbein et al. 1970).
Penggunaan mutagen kimia atau fisika dosis tinggi terhadap hasil  regenerasi sel seperti kalus, protokorm, atau eksplan sebelum membentuk plantlet secara in vitro, yang menghasilkan keragaman yang lebih luas (Soertini et al., 1996). Menurut Fliks (1993), aplikasi mutasi induksi menggunakan mutagen kimia (EMS) secara in vitro menghasilkan keragaman fenotifik lebih luas, yakni paling sedikit terdapat 25 karakter yang berbeda.
Senyawa EMS merupakan senyawa alkil yang berpotensi sebagai mutagen untuk tanaman tingkat tinggi. Dibandingkan dengan mutagen kimia lainnya, EMS paling banyak digunakan karena mudah dibeli, murah harganya dan tidak bersifat mutagenik setelah terhidrolisis (Van Harten, 1998). Peningkatan keragaman genetika tanaman dengan induksi EMS telah berhasil dilakukan pada berbagai spesies tanaman, seperti tembakau (Gichner et al., 2001), Arabidopsis (Chen et al., 2000; Sakomoto et al., 2002), kubis bunga (Mangal dan Sharma, 2002), pisang (Roux, 2004), kenaf (Arumingtias dan Indriani, 2005), dan Brasica napus (Schierholt et al., 2001; Spasibionek 2006).
Banyak peneliti yang telah melaporkan keberhasilan perbanyakan anggrek secara in vitro sehingga dengan demikian aplikasi mutagen secara in vitro pada anggrek kantung (Paphiopedilum javanicum) sangat mungkin untuk dilakukan.
Categories: Pertanian

Kacang Tanah dan Pohon Industri

Februari 6, 2010 4 komentar
Kacang-kacangan telah lama dikenal sebagai sumber protein yang saling melengkapi dengan biji-bijian, seperti beras dan gandum. Komoditi ini juga ternyata potensial sebagai sumber zat gizi lain selain protein, yaitu mineral, vitamin B, karbohidrat kompleks dan serat makanan. Disamping diolah secara tradisional dengan direbus, dikukus, dan disayur, sebenarnya potensi penggunaannya sangat luas untuk menghasilkan produk baru. Misalnya sebagai bahan baku tepung campuran (flour mix) yang dapat digunakan dalam pembuatan berbagai produk pangan, termasuk makanan bayi. Kacang-kacangan dapat menyumbang banyak protein dan zat gizi lain bagi masyarakat di negara maju dan negara berkembang. Karena kandungan seratnya tinggi, maka kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat.
Dibandingkan dengan makanan berserat yang dewasa ini tersedia dalam bentuk makanan suplemen dengan berbagai merek dagang, sebenarnya kacang-kacangan juga dapat dijadikan sumber serat yang tidak kalah mutunya. Juga dibandingkan dengan serat makanan dalam buah-buahan dan sayuran yang dikenal dapat mencegah timbulnya kanker, mutu serat makanan dalam kacang-kacangan juga tidak kalah. Bahkan kacang-kacangan mempunyai keistimewaan lain, yaitu berharga murah, berprotein tinggi, kandungan lemaknya pada umumnya baik untuk kesehatan dan mengandung berbagai mineral dalam jumlah yang cukup banyak.
Indonesia memiliki banyak potensi pangan local dari jenis kacang-kacangan. Pemanfaatan kacang-kacangan lokal merupakan alternative  sumber protein nabati yang murah dan dapat terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Indonesia memiliki beraneka jenis kacang-kacangan yang potensinya belum sepenuhnya tergali. Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.), kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) dan kacang tunggak (Vigna unguiculata) merupakan jenis kacang yang berpotensi untuk dikembangkan dalam berbagai produk industri pangan (Husaini, 2000).
Manfaat kacang-kacangan sebagai bahan baku pangan disebabkan karena memiliki nilai gizi yang tinggi dilihat dari kandungan proteinnya dan vitamin B1, sehingga dapat dikonsumsi secara langsung, sebagai bahan makanan dan bahan baku olahan produk industri pangan. Salah satu jenis kacang-kacangan yang sangat baik dikonsumsi adalah kacang tanah.Kandungan protein yang cukup tinggi dari kacang tanah (27%) menjadikan salah satu alasan untuk melakukan diversifikasi kacang tanah tersebut menjadi berbagai macam produk olahan.
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Republik Rakyat Cina dan India merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia.
Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan mentah, direbus (di dalam polongnya), digoreng, atau disangrai. Di Amerika Serikat, biji kacang tanah diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang menguntungkan. Produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran minyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO. Selain dipanen biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang) untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau.
1.1 Informasi nilai gizi yang terkandung dalam kacang tanah
No. Nilai gizi per 100 g (3.5 oz) jumlah
kimia
1 energi 570 kkal
2 Karbohidrat 21 g
3 Gula 0,0 g
6 Serat 9 g
5 Lemak 48 g
7 jenuh 7 g
8 monounsaturated 24 g
9 polyunsaturated 16 g
10 Protein 25 g
11 Triptofan 0,244 g
12 Treonin 0,859 g
13 Isoleucine 0,882 g
14 Leucine 1,627 g
15 Lysine 0,901 g
16 Metionin 0,308 g
17 Sistin 0,322 g
18 Phenylalanine 1,300 g
19 Tyrosine 1,020 g
20 Valine 1,052 g
21 Arginin 3,001 g
22 Histidin 0,634 g
23 Alanin 0,997 g
24 Asam aspartat 3,060 g
25 Asam glutamat 5,243 g
26 Glycine 1,512 g
27 Prolin 1,107 g
28 serin 1,236 g
29 Air 4,26 g
No. Nilai gizi per 100 g (3.5 oz) jumlah

vitamin
1 Tiamin (Vit. B1) 0,6 mg (46%)
2 Riboflavin (Vit. B2) 0,3 mg (20%)
3 Niasin (Vit. B3) 12,9 mg (86%)
4 A. pantotenat(B5) 1.8 mg (36%)
5 Vitamin B6 0,3 mg (23%)
6 Folat (Vit.B9) 246 μg (62%)
7 Vitamin C 0,0 mg (0%)
8 Kalsium 62 mg (6%)
9 Besi mg (16%)
10 Magnesium 184 mg (50%
11 Fosfor 336 mg (48%)
12 Kalium 332 mg (7%)
13 Zinc 3,3 mg (33%)
POHON INDUSTRI KACANG TANAH

Categories: Pertanian

Asal usul tanaman, luas areal, produksi th 2009 tanaman kacang tanah

Februari 6, 2010 1 komentar
Asal usul kacang tanah
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan andes, di Negara – negara Bolivia, Peru dan Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa.. Pada abad ke 16, bangsa Portugis membawa kacang ini dari Brasil ke Afrika Barat. Dan pada waktu yang bersamaan, bangsa Spanyol memperkenalkan kacang tanah dari Meksiko ke barat Pasifik. Kemudian tersebarlah ke daratan Cina, Indonesia dan ke Madagascar. . Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Pada pertengahan abad ke 17, bangsa Belanda juga diduga membawa kacang tanah dari Brasil ke Indonesia.
Di lihat dari sifatnya, kacang tanah tumbuh di wilayah tropis, subtropis dan negara beriklim sedang. Kacang tanah merupakan tanaman yang sangat penting di daerah Afrika, Asia, Amerika Utara and Amerika Selatan. Di Asia, kacang tanah merupakan tanaman budidaya utama di negara India, Cina, Indonesia, Burma, Thailand dan Vietnam.
Dari berbagai penelusuran, penanaman pertama kali kacang tanah dilakukan oleh suku-suku Indian. Bagi suku Indian dimasa itu, kacang tanah merupakan salah satu sumber makan utama. Terbukti dengan di temukannya fosil kacang tanah, kapas, dan jeruk peras serta berbagai biji-bijian primitif dan berbagai jenis umbi-umbian dan buah-buahan di lereng barat Pegunungan Andes yang merupakan tempat tinggalnya bangsa Indian. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa jeruk peras berumur sekitar 9.200 tahun, kacang tanah 7.600 tahun, dan kapas 5.500 tahun.
Bagi masyarakat Indonesia, kacang tanah memilik nama atau sebutan yang berbeda-beda seperti kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kacang tanah biasa disebut peanut atau groundnut. Dan dalam bahasa Latin, kacang tanah disebut dengan Arachis hypogaea.
Dalam pengertiannya, kacang adalah istilah non-botani yang biasa dipakai untuk menyebut biji dari sejumlah tumbuhan keluarga polong-polongan, meski tidak semuanya disebut kacang. Dalam percakapan sehari-hari di masyarakat kita, kata kacang juga dipakai untuk menyebut buah polong atau bahkan tanaman yang menghasilkannya.
Kacang tanah bagi masyarakat Indonesia merupakan sumber protein nabati kedua terbesar setelah kedelei. Namun, produksi kacang tanah di Indonesia belum optimal  karena teknik produksi yang belum memadai dan minimnya penggunaan benih unggul. Dampaknya kebutuhan dalam negeri yang meningkat tidak bisa dipenuhi sehingga volume impor kacang menjadi tinggi.
Luas areal pertanaman kacang tanah dan produksi kacang tanah
Di tingkat Internasional mula-mula kacang tanah terpusat di India, Cina, Nigeria, Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia.
Provinsi
Luas Panen (Ha) Produktivitas (Qu/Ha) Produksi (Ton)
1. Nanggroe Aceh D. 4,776 12.15 5,804
2. Sumatera Utara 16,192 11.83 19,150
3. Sumatera Barat 7,655 12.03 9,211
4. R i a u 2,570 9.22 2,369
5. J a m b i 1,916 12.39 2,374
6. Sumatera Selatan 4,791 13.05 6,252
7. Bengkulu 4,864 9.99 4,860
8. Lampung 10,192 12.74 12,984
9. Bangka Belitung 398 9.47 377
10. Riau Kepulauan 108 9.17 99
11. D.K.I. Jakarta 12 10.00 12
12. Jawa Barat 58,833 14.52 85,452
13. Jawa Tengah 128,801 12.81 164,941
14. D.I. Yogyakarta 63,048 9.94 62,653
15. Jawa Timur 177,828 11.65 207,253
16. Banten 13,648 13.59 18,546
17. B a l i 11,370 13.38 15,214
18. Nusa Tenggara Barat 28,586 12.90 36,871
19. Nusa Tenggara Timur 18,540 11.89 22,040
20. Kalimantan Barat 1,938 11.05 2,141
21. Kalimantan Tengah 1,309 11.15 1,459
22. Kalimantan Selatan 13,689 12.16 16,645
23. Kalimantan Timur 2,346 11.02 2,586
24. Sulawesi Utara 6,569 13.19 8,664
25. Sulawesi Tengah 5,526 16.23 8,966
26. Sulawesi Selatan 25,209 11.42 28,781
27. Sulawesi Tenggara 6,776 7.86 5,329
28. Gorontalo 1,800 10.42 1,876
29. Sulawesi Barat 525 14.11 741
30. Maluku 2,677 12.01 3,214
31. Maluku Utara 2,683 11.50 3,086
32. Papua Barat 673 10.31 694
33. Papua 2,812 10.18 2,863
Indonesia 628,660 12.14 763,507
Dari data yang di peroleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) di tiap provinsi di Indonesa pada tahun 2009, menunjukan bahwa di Indonesia luas areal pertanaman kacang tanah sekitar 628.660 ha dan produksinya sekitar 763.507 Ton.
Dari tahun ke tahun luas areal pertanaman kacang tanah di Indonesia semakin menyempit, pada tahun 2006 seluas 706.753 hektar menjadi 660.480 hektar pada tahun 2007 dan pada tahun 2009 luas areal pertanamannya sekitar 628.660 hektar. Produksi hasil kacang tanah dari tahun ke tahun pun menurun seiring berkurangnya lahan pertanian khususnya luas areal kacang tanah. Pada tahun 2006 produksi hasil sekitar 838.096 ton, pada tahun 2009 sekitar 763.507 ton selama tahun 2006 sampai 2009 produksi hasil kacang tanah berkurang 74.569 ton, tidak sebanding dengan makin bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun di Indonesia yang mengakibatkan volume impor kacang meningkat.

Dalam mengatasi permasalahan ini diperlukan teknik produksi berupa teknologi serta pengetahuan yang baik tentang kacang tanah dan penggunaan benih unggul untuk memperbaiki tingkat hasil produksi kacang tanah. Dalam pengadaan teknik produksi dan benih unggul pemerintah perlu ikut andil dalam pendanaan serta tenaga penyuluh pertanian pada tiap daerah sehingga bangsa kita tidak perlu lagi impor kacang tanah dari Negara lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar