Pengujian
benih ditunjukan untuk mengetahui mutu atau kualitas benih. Informasi
tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi produsen, penjual maupun
konsumen benih. Mereka dapat memperoleh keterangan yang dapat dipercaya,
tentang mutu atau kualitas dari suatu benih.
Dalam
proses pengujian benih yang diujikan antara lain viabilitas, benih atau
daya hidup benih, struktur pertumbuhan, uji kesehatan benih. Dalam
pengujian benih langkah-langkah yang harus dolakukan antara lain (1)
pengambilan contoh benih, (2) pengujian kemurnian benih, (3) pengujian
kadar air, (4) uji daya kecambah (5) uji kekuatan tumbuh benih atau uji
kesehatan benih.
II. Isi
A. Pengambilan contoh benih
sebagai
langkah pertama dalam pelaksanaan pengujian benih adalah menyediakan
suatu contoh benih yang dapat dianggap seragam dan memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan oleh ISTA. Suatu benih yang diuji harus dapat
mewakili keseluruhan kelompok benih yag lebih besar jumlahnya.
Ada empat macam contoh benih yang dinyatakan dalamperaturan ISTA yaitu:
1. contoh primer (primary sample)
adalah benih yang diambil dalam jumlah besar dari berbagai tempat penyimpanan baik wadah maupun bulk.
2. contoh pencampuran (composite sample)
adalah
semua primer yang dijadikan satu dan dicampur dalam satu tempat
(kantong, kotak, tray dll) biasanya contoh campuran jauh lebih besar
dari yang diperlukan sehingga harus dikurangi.
3. contoh yang dikirm ke laboratorium (submitted sample)
adalah
contoh campuran yang telah dikurangi sampai jumlah bert tertentu yang
telah ditetapkan dan kemudian dikirim ke laboratorium penguji benih.
4. contoh uji (working sample)
adalah contoh benih yang diambil dari submitted sample dan digunakan sebagai bahan uji benih di laboratorium.
cara pengambilan contoh :
1. Pada contoh benih primer
Contoh
benih primer dapat diambil dengan tangan atau dengan seed trier yaitu
suatu alat untuk mengambil contoh benih. Apabila menggunakan tangan maka
pengambilan contoh benih harus dilakukan pada kedalaman lebih dari 40
cm dari wadah atau bulk.
a) stick trier atau sleeve trier
Untuk
pengambilan ontoh benih dari wadah: benih berukuran kecil yang mudah
mengalir, menggunakan trier berukuran panjang 762 mm, diameter 12,7 mm
dan 9 celah
b) nobbe trier
Alat
ini sangat cocok untuk pengambilan benih dari wadah (karung, kantong
dll). berukuran panjang ± 500 mm dengan diameter bagian dalam 14 mm
untuk benih cerealia dan 10 mm untuk benih clover dan sejenisnya.
contoh benih harus diambil dan bagian atas, tengah dan bawah tempat penyimpanan.
2. Pada contoh benih campuran
Semua
contoh benih primer dijadikan satu dan dicampur bersama-sama dalam
sebuah wadah, dapat dalam kantong kaleng, kotak atau tray.
3. Pada contoh benih yang dikirim ke laboratorium
Berasal dari contoh campuran yang telah dikurangi sesuai dengan berat minimum yang telah ditetapkan oleh peraturan ISTA.
4. Pada contoh benih uji
Berasal dari submitted sample.
B. Pengujian Benih Secara Rutin
1. Pengujian Kemurnian
a. Benih
murni, meliputi varietas dari setiap species yang diakui sebagaimana
yang ditanyakan dari setiap benih yang diuji. Kriteria yang termasuk
benih murni adalah benih matang dan tidak rusak, ukuran lebih besar dari
setengah dari ukuran asalnya, mengkerut, kurang matang dan sudah
berkecambah dalam keadaan dapat ditentukan dengan pasti sebagai spesies
yang diakui.
b. Benih tanaman lain merupakan benih yang jenismya tidak sama. Misalnya benih padi dengan benih gandum
c. Benih
varietas lain merupakan benih tanaman sejenis yang varietasnya berbeda
misalnya benih kacang tanah varietas gajah dengan tupai
d. Biji-bijian herba, merupakan biji dari tanaman lain yang tidak dikehendaki
e. Kotoran atau benda renik, merupakan benda-benda yang tidak berupa benih. Misalnya kerikil, tanah, sekam dan sebagainya.
2. Pengujian Kadar Air
a. Metode
Dasar/ tungku/ open, pada dasarnya benih dipanaskan pada temperature
dan waktu tertentu atau dipanaskan sampai mencapai berat tetap.
Kehilangan berat sebagai akibat pemanasan ini ditentukan dan dianggap
kadar air benih asal.
b. Metode
electric moisture tester, dengan alat ini ditentukan kadar air benih
berdasarkan atas sifat konduktivitas dan dialektrik benih keduanya
tergantung kadar air dan temperature benih. Penentuan kadar air dengan
alai ini dapat berlangsung dengan cepat
3. Pengujian Daya Kecambah
Daya
kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji. Biji dapat
berkecambah jauh sebelum tercapai kemasakan fisiologis atau sebelum
tercapai berat kering maksimum. Akan tetapi bibit tanaman yang berasal
dari biji yang sangat muda ini lemah karena:
a. Berat kering biji rendah
b. Biji masih kecil
c. Secara fisiologis biji belum masak
d. Jaringan penunjang tidak dapat tumbuh dengan baik
Daya
kecambah benih adalah mekar dan berkembangnya bagian-bagian penting
dari embrio suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh
secara normal pada lingkungan yang sesuai. Lingkungan yang sesuai yaitu
kelembaban, temperature, oksigen dan cahaya. Substratum perkecambahan
adalah suatu bahan diatas mana biji ditempatkan untuk pengujian
perkecambahan. Ada beberapa substratum perkecambahan biji yang umum
dipakai berdasarkan bahan dan cara pemakaiannya, yaitu:
a. Pada pasir (PP)
b. Dalam pasir (DP)
c. Pada kertas (PK)
d. Antar kertas (AK)
e. Pada kertas digulung dalam plastic (Pk Dp)
Menurut
ISTA (International Seed Testing Association) penetuan kecambah normal
itu berbeda-beda untuk masing-masing jenis biji. Namun secara umumyang
termasuk benih abnormal mempunyai ciri:
1) Tunas keluar terlebih dahulu dari pada akarnya.
2) Benih sama sekali tidak keluar akar, hanya tunas.
3) Akar kecambah berbentuk spiral, ujungnya tumpul atau membesar serta mengkilat.
4) Akar kecambah yang keluar bukan akar utama, melainkan akar sampingnya.
4. Pengujian kecepatan berkecambah
Pada pengujian kecepatan berkecambah penggunaan cara perhitungan pertama (first count) adalah lazim dilakukan, yang dalam penilaiannya
digunakan persentase benih yang berkecambah pada hari ketiga atau
keempat setelah tanam. Apabila menurut penilaian ternyata benih yang
berkecambah normal adalah sejumlah lebih dari 75% maka benih tersebut
tergolong mempunyai kecepatan berkecambah yang tinggi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antar
kecepatan berkecambah dengan vigor tanamannya. Benih dengan kecepatan
yang tinggi ternyata tanaman yang dihasilkan lebih tahan terhadap
lingkungan kurang baik.
Copeland
(1997) telah mengemukakan rumus tentang koefisien perkecambahan dan
index vigor beih. Kedua rumus tersebut merupakan hubungan antar
kecepatan perkecambahan dan vigor benih.
Adapun rumus tersebut adalah:
Dimana:
C6 = koefisien perkecamahan
A = jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
T = waktu yang bersesuaian dengan A
n = jumlah hari pada penilaian
Dimana
Iv = indeks vigor
G = jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
D = waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut
n = jumlah hari pada perhitungan terakhir
5. Pengujian tetrazolium
Pengujian tetrazolium merupakan suatu cara pengujian terhadap viability benih secara cepat dan bersifat tidak langsung. Karena itu uji ini sering dikenal dengan uji cepat (Quick Test).
Paada
uji tetrazolium ini menggunakan garam 2, 3, 5 Triphenyl tetrazolium
klaside yang dapat diserap oleh benih. Dalam jaringan yang masih hidup,
garam tetrazolium akan mengalami reduksi secara eurimatik sehingga
timbul senyawa fosmoran yang berwarna merah.
Reaksi tetrazolium akan sangat baik apabila berada pada suhu udara sekitar 40oC, dalam larutan pH 7.
Larutan pHnya 7 maka digunakan senyawa penyangga yakni
KH2PO4 dan Na2HPO4, 2H2O antara 0.5%-1.00%.
Dasar pertimbangan untuk melakukan pengujian tetrazolium adalah :
a. Pertimbangan waktu yang singkat.
b. Pengujian untuk benih yang dormansi.
c. Penilitian benih.
Interprestasi
terhadap warna merah yang melambangkan benih masih hidup, tentunya
memerlukan pengakuan pengalaman, keterampilan dan kehati-hatian. Warna
merah cerah menandakan jaringan masih hidup, warna merah jambu jaringan
sudah lemah dan warna merah tua jaringan sudah rusak dan bila tidak
berwarna jaringan sudah mati.
Pada dasarnya uji tetrazolium dilaksanakan dalam tiga tahap yakni :
1. Tahap 1 : Pengaktifan enzim dan/atau reaksi dehidrogenase
biasanya diperlukan waktu 16 jam,benih benih yang kecil
mengambang dan benih yang besar dibiarkan berimbibisi
2. Tahap 2 : Persiapan benih untuk membiarkan daerah embrionik
mudah dimasuki dengan larutan tertazolium
3. Tahap 3 : evaluasi benih
Benih yang memperlihatkan bagian-bagian berwarna unggu
tua yang lebih lunak dibandingkan jaringan sekitarnya menan
dakan kemungkinan disebabkan oleh kerusakan mekanis
Noda yang tidak seragam menunjukan kerusakan yang disebabkan
oleh pengaruh kelembaban pada saat panen.
C. Pengujian Benih Secara Khusus
1. Uji vigor
Dalam
terminology vigor, dipisahkan vigor genetic dan vigor fisiologi. Vigor
genetic adalah vigor benih dari galur genetic yang berbeda. Vigor
fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetic yang
sama.
Vigor
fisiologi dapat dilihat dari antara lain indikasi tumbuhakar (misalnya
pada Red brick Test yang digunakan untuk ketahanan terhadap jaringan),
indikasi plumula/coleoptile (misalnya dalam Deep sail test terhdap
kedalaman tanam, terserangnya oleh penyakit (misalnya corn cold test
terhadap Phytium).
Ciri-ciri benih yang mempunyai kekuatan tumbuh tinggi adalah
a. Dapat dipakai bila disimpan.
b. Berkecambah cepat dan merata.
c. Bebas dari penyakit benih.
d. Tahan terhadap gangguan mikroorganisme.
e. Laju tumbuhnya tinggi.
f. Menghasilkan produksi yang tinggi.
2. Uji Kesehatan Benih
A.Tujuan uji kesehatan benih antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui adanya inokulum yang patogenik, sehingga dapat ditentukan kondisi kesehatan dari kelompok benih.Dimana faktor kesehatan juga merupakan salah satu faktor penentu nilai lapangan dari benih.
2. Mempelajari penyebab dari abnormalitas kecambah dalam uji daya kecambah
B. Metode uji kesehatan benih
1.) Pemeriksaan benih kering Dengan
metode ini sejumlah benih diperiksa secara kering,apakah tercampur
dengan kotoran kotoran seperti sisa-sisa tanaman, insekta, gulma, dan
lain-lain.Dilihat juga apakah ada tanda – tanda serangan penyakit, dan
dilihat bercak-bercak benih
2.) Pemeriksaan secara perendaman
Metode
ini dapat dipergunakan untuk mendeterminasi cendawan yang melekat dan
tumbuh pada permukaan benih, seperti Pyricularia spp, Drechsclera spp,
Fusarium, Alternaria dan lain-lain. Caranya ialah dengan memasukan
sejumlah benih dalam air kemudian digoyang-goyangkan untuk
waktu tertentu . Air cucian tersebut dapat diperiksa langsung dengan
mikroskop stereokopik (perbesaran 20-40)
3.) Pemeriksaan dengan cara inkubasi
a. Metode kertas, pengamatan biji dan kecambah dilakukan setelah diinkubasikan pada kertas. Kertas yang biasa dipergunakan adalah kertas yang dapat menghisap air. Setelah menjalani masa inkubasi, maka biji dan kecambah diperiksa dengan mikroskop
b. Metode Ager, biji ditempatkan pada cawan petri, disemaikan dalam ager Mal Exstract Ager (MEA) atau Potato Dekstrosa Ager (PDA).
c. Metode Inkubasi batu bata, pasir, tanah dan sebagainya, metode ini dapat digunakan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Metode ini dapat dipergunakan menguji fungisida untuk keperluan perlakuaan benih.
d. Metode
Growing on Test, beberapa penyakit yang seed borne memerlukan waktu
inkubasi yang lama untuk dideteksi. Dengan demikian akan sulit untuk
diketahui dengan metode agar atau kertas.
DAFTAR PUSTAKA
Pujiasmanto, Bambang dkk. 2000. Dasar Dasar Teknologi Benih. Surakarta.UNS
Sutakaria. 1975. Penyakit Benih dan Uji Kesehatan Benih. IPB. Bogor
Sutopo, Lita. Teknologi Benih. 1994. IPB.Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar